Homo erectus and its relation to prehistoric archeology in Indonesia
0 view 0 purchase
Course
81201
Institution
Universitas Gadjah Mada
The development of prehistoric archeology in Indonesia cannot be separated from the emergence of early humans "homo erectus" which is a stage of early human evolution from homo habilis who lived in Africa.
Homo Erectus merupakan hominim yang benar-benar layak untuk disebut sebagai manusia, djka
dilihat dari aspek biologisnya, dari aspek teknologi, serta kemampuan artistik dan linguistiknya. (The
First Human)
Jika dilihat dari urutan masa evolusi manusia Homo Erectus appear setelah Homo Abilis dan sebelum
Homo Sapiens yakni sekitar 1.8 Juta tahun lalu. Jika kita berbicara tentang masa Pleistosen di
Indonesia khususnya masa pleistosen awal maka tidaklah dapat dilepaskan dengan adanya Hominim
Homo Erectus. Hal itu akan berbeda jika kita berbicara tentang masa akhir kala Plestosen dan masa
Holosen maka kita akan berbicara tentang Homo Sapiens.
Temuan tentang Homo Erectus di Indonesia pertama kali pada tahun 1871 oleh Eugene Dubois dan
temuan itu dikenal dengan nama Pithecantropus Erectus dan lebih lanjut temuan-temuan tentang
Homo Erectus terus berkembang diantaranya, di Kedungbrubus, 1890; Ngandong, 1931; Sangiran,
1934; Mojokerto, 1936; Sambungmacan, 1974; Patiayam, 1979; Ngawi, 1987; Rancah, 1999; Semedo,
2005; Bumiayu, 2019.
Homo Erectus sampai di Indonesia melalui imigrasi manusia purba dari Africa “Out Of Africa” yang
terjadi sekitar 1.8 juta tahun yang lalu. Migrasi initerjadi pada saat masa Glasiasi dan Interglasiasi,
Glasiasi adalah masa dimana Es di Kutub meluas yang menyebabkan permukaan air laut menyusut,
sehingga lautan yang memiliki tingkat kedalaman rendah akan terbeka menjadi daratan. Sedangkan
Interglasiasi merupakan kebalikan dari Glasiasi dimana es pada daerah kutub menyusut/ mencair
yang menyebabkan permukaan air laut meluas dan menutupi daratan dengan ketinggian tertentu
(rendah). Sehingga pada masa glasiasi ini daratan yang tadinya tertutupi oleh air laut, akan tersingkap
menjadi daratan dikarenakan ketinggiannya yang kurang dari 100 meter. Dan pada masa glasiasi ini
akan menampakkan Paparan Sunda “Sunda Shell”, lewat sinilah mereka (Homo Erectus) keluar dari
Afrika dan masuk ke kepulauan Nusantara yang masih terhubung langsung dengan daratan Asia.
The benefits of buying summaries with Stuvia:
Guaranteed quality through customer reviews
Stuvia customers have reviewed more than 700,000 summaries. This how you know that you are buying the best documents.
Quick and easy check-out
You can quickly pay through credit card or Stuvia-credit for the summaries. There is no membership needed.
Focus on what matters
Your fellow students write the study notes themselves, which is why the documents are always reliable and up-to-date. This ensures you quickly get to the core!
Frequently asked questions
What do I get when I buy this document?
You get a PDF, available immediately after your purchase. The purchased document is accessible anytime, anywhere and indefinitely through your profile.
Satisfaction guarantee: how does it work?
Our satisfaction guarantee ensures that you always find a study document that suits you well. You fill out a form, and our customer service team takes care of the rest.
Who am I buying these notes from?
Stuvia is a marketplace, so you are not buying this document from us, but from seller fathululum. Stuvia facilitates payment to the seller.
Will I be stuck with a subscription?
No, you only buy these notes for $7.91. You're not tied to anything after your purchase.
